HS (26 tahun) yang diduga melakukan penganiyaan yang menyebabkan buah hatinya meninggal/ist

BENGKULU UTARA, sahabatrakyat.com- Suara tangis Abigail yang baru berumur tiga bulan tak lagi memecah keheningan. Tangis karena lapar atau suara panggilan minta kasih sayang dan perlindungan kepada ayah-bunda itu sudah benar-benar hilang untuk selama-lamanya. Abigail sudah berpulang sebelum tangisnya itu berubah menjadi bunyi yang penuh arti.
Tragisnya, kepergian Abigail bukan karena sakit atau karena sebab yang tak terhindarkan. Tetapi diduga akibat ulah sang ayah, HS (26 tahun). HS rupanya tak suka bahkan tak merindukan suara tangis sang buah hatinya itu. Suara itu dia anggap mengusik. Suara itu memantik amarahnya sampai-sampai dia pun tega menganiaya Abigail.
Kapolres Bengkulu Utara AKBP Ariefaldi Warganegara, SH, S.IK, MM melalui Kasat Reskrim AKP. M. Jufri, S.IK menjelaskan, sebelum bayi itu menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit, diduga kuat pelaku yang tidak lain ayah kandungnya secara sadis telah melakukan penganiyaan selama empat hari terakhir dengan memukuli, mencubit, hingga membanting korban.
“Tubuh balita yang berjenis kelamin perempuan tersebut mengalami memar dan membiru di  sejumlah bagian tubuhnya,” kata Jufri, Senin (27/8/2018) di Mapolres Bengkulu Utara.
Kini HS yang tercatat sebagai warga Desa Meok, Kecamatan Enggano, itu harus mendekam dibalik sel jeruji besi Mapolres BU untuk menjalani proses hukum. Kepada petugas, pelaku berdalih khilaf, gelap mata lantaran kesal sehabis pulang kerja dari kebun mendengar sang anak terus menerus menangis.
Mirisnya, aksi penganiayaan ini tidak diketahui sang ibu kandungya Sri Maria yang penyandang disabilitas tunawicara.


Penulis: MS Firman
Editor: Jean Freire