Ilustrasi/foto hariansib.co.mobile
Ilustrasi/foto hariansib.co.mobile
KOTA BENGKULU, sahabatrakyat.com-Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu telah merilis perkembangan indeks harga konsumen/inflasi periode Oktober 2016. Berdasar data BPS, pada bulan Oktober 2016, Kota Bengkulu mengalami inflasi sebesar 0,53 persen. Kota Bengkulu menempati urutan ke-11 bila dibandingkan dengan 82 kota di Indonesia yang dipantau oleh BPS atau urutan ke-9 untuk wilayah Sumatera.

Bila dibandingan dengan periode yang sama yakni Oktober 2015, inflasi di Kota Bengkulu pada Oktober 2016 jauh lebih tinggi. Pada Oktober 2015, Kota Bengkulu justru mengalami deflasi -0,53 persen atau pada Oktober 2014 yang mengalami inflasi 0,39 persen.

Inflasi di Kota Bengkulu terjadi pada lima kelompok pengeluaran, di mana kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,12 persen, selanjutnya diikuti kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,72 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,41 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,23 persen, dan terakhir kelompok kesehatan sebesar 0,17 persen.

Pada kelompok bahan makanan yang menyumbang inflasi tertinggi 1,12 persen, inflasi terutama terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, daging, dan hasil-hasilnya, ikan segar, bahan makanan lainnya serta lemak dan minyak. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan pada bulan ini memberi andil inflasi sebesar 0,2822 persen.

Sementara bila dilihat dari perubahan harga dan andil beberapa komoditi, cabai merah merupakan komoditi yang memberi andil inflasi paling tinggi, yakni sebesar 0,2989 persen. Harga cabai merah pada bulan Oktober mengalami perubahan harga atau kenaikan mencapai 20,2766 persen. Harga cabai merah di tingkat pedagang pengecer kini berkisar Rp 90.000 sampai Rp 100.000.

Menarik mencermati kenaikan harga cabai merah. Sebab bila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, harga cabai merah saat ini terbilang paling tinggi. Pada periode Januari hingga September 2016, harga cabai merah paling tinggi berkisar di angka Rp 60.000 sampai Rp 70.000.

Tingginya harga cabai merah itu, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Evarini, disebabkan turunnya produksi cabai di tingkat petani sebagai akibat tingginya curah hujan. Sementara tingkat kebutuhan masyarakat relatif stabil. Beberapa daerah sentra produksi cabai merah di Provinsi Bengkulu, yakni Bengkulu Utara, Mukomuko, Rejang Lebong dan Kepahiang, mengalami kondisi penurunan produksi akibat cuaca.

Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Bengkulu mengakui curah hujan dalam kurun waktu dua bulan terakhir di Provinsi Bengkulu memang tinggi. Ia menyebut, curah hujan yang tinggi atau lebat terjadi di wilayah pegunungan seperti Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong, Mukomuko dan Kepahiang. “Kalau di Kota, Seluma, hujannya sedang,” katanya.

Operasi Pasar
Kepala Badan Ketahanan Pangan Evarini mengatakan, pihaknya bersama unsur terkait akan turun ke lapangan untuk memantau perkembangan harga cabai dan komoditas pertanian lainnya. Jika memang diperlukan, operasi pasar akan dilaksanakan untuk menekan tingginya harga cabai tersebut.

Selain itu, kata Evarini, Badan Ketahanan Pangan juga akan membantu masyarakat dan petani dengan memberikan bibit cabai yang bisa ditanam di dalam polibag atau pekarangan. Dengan kondisi curah hujan yang tinggi, kata Evarini, ke depan pola tanam cabai mesti disiasati agar harganya bisa stabil dan ketersediaannya juga cukup. (cw5)