Bengkulu – Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu menyebutkan Kota Bengkulu mengalami deflasi sebesar 0,04 persen (mtm) pada September 2017, angka ini lebih terkendali dibanding Agustus yang dicatat 0,19 persen.
“Ini cukup bagus untuk perekonomian, yang menyumbang deflasi yakni pada bahan makanan yang deflasi 0,47 persen, kelompok kesehatan dan transportasi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Dyah Anugrah Kuswardani di Bengkulu,�Senin.
Bengkulu berada pad peringkat ke 54 dari 82 kota yang didata oleh Badan Pusat Statistik. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual yakni sebesar 1,59 persen dan yang terendah di Manado yang mengalami deflasi minus 1,04 persen.
Ada 10 komoditas yang mendorong deflasi Kota Bengkulu yakni komoditas daging ayam, bawang putih, bawang merah, jengkol, apel, tarif angkutan udara, mie instan, kentang, ikan nila dan telur ayam ras.
Tarif angkutan udara biasanya memberikan dampak signifikan terhadap inflasi Bengkulu, hampis setengah dari angka inflasi disumbangkan oleh transportasi udara. Namun pada September 2017, harga tike pesawa mengalami penurunan harga sekitar 0,46 persen.
“Kita gembira mendengar kabar tarif angkutan udara, tren ini harus dipertahankan sampai akhir tahun, sebab biasanya harga tiket pesawat akan mengalami lonjakan dan fluktuasi pada libur akhir tahun,” kata dia.
Walaupun mengalami deflasi bulanan, tapi tetap ada beberapa komoditas yang dicatat inflasi dan salah satunya beras, terjadi inflasi sebesar 0,36 persen untuk komoditas pokok tersebut.
Hal ini harus menjadi perhatian bagi Tim pengendalian inflasi daerah Provinsi Bengkulu, sebab komoditas beras menurut Dyah sangat berdampak yakni memberikan dorongan signifikan menambah angka kemiskinan.
“Kita harapkan semua pihak dapan menjaga stabilitas harga, sebab beras dampaknya langsung terasa terhadap kemiskinan, berbeda dengan komoditas lain,” ujarnya.Budi Suyanto. (Ant)