BENGKULU– Pemerintah Provinsi Bengkulu mengupayakan kopi menjadi komoditas ekspor unggulan daerah itu, dengan pertimbangan luas areal budidaya dan potensi produksi yang menjanjikan.
“Cita-cita kami bersama menjadikan kopi sebagai komoditas ekspor utama dengan produksi yang cukup tinggi saat ini,” kata Plt Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah di Bengkulu, Selasa (27/2/2018).
Saat melantik pengurus Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Provinsi Bengkulu periode 2018-2023, Rohidin mengatakan bahwa produksi kopi Bengkulu mencapai angka 60-70 ribu ton per tahun.
Menurut dia, jika dikelola dengan baik maka produktivitas tersebut dapat ditingkatkan dan kopi mampu menjadi salah satu komoditas ekspor utama.
Selama ini, kata Rohidin, kopi Bengkulu dipasarkan melalui provinsi tetangga seperti Lampung, Sumatera Selatan bahkan Sumatera Utara.
Kondisi ini membuat kopi asal Bengkulu kurang dikenal secara luas sehingga perlu upaya membangun industri olahan dan menjadikan kopi sebagai komoditas ekspor unggulan.
“Kalau produksi 70 sampai 80 ribu ton, itu dapat diekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai maka bisa meningkatkan daya beli di petani sekaligus memperbaiki neraca ekspor Bengkulu,” ucapnya.
Karena itu, menurut Rohidin pembinaan terhadap petani kopi perlu ditingkatkan sehingga produktivitas kopi lokal dapat meningkat dengan produksi 1-2 ton per hektare per tahun.
Salah satu strategi mewujudkan hal itu adalah menyediakan bibit unggul kepada petani kopi dan pendampingan proses produksi.
Wakil Ketua Badan Pengurus Pusat AEKI, Pranoto Sunarto berpesan pada pengurus AEKI provinsi untuk bersatu mengangkat nama Bengkulu lewat kopi.
“Kalau dulu tidak ada yang tidak kenal kopi Bengkulu, tapi belakangan semua kopi keluar lewat Lampung dan Palembang. Saya harapkan ada perbaikan sehingga Bengkulu dikenal sebagai produsen kopi berkualitas,” kata Sunarto.


Editor: Jean Freire
Sumber: Antara