JAKARTA, sahabatrakyat.com — Pengamat Politik Nasional dari Tanah Rejang, Andriadi Achmad mengatakan, pasca generasi Rully Chairul Azwar, Kurnia Utama (Kukun), Patrice Rio Capella, dan Mohammad Saleh nyaris tidak muncul dan berlangsungnya regenerasi kepada tokoh-tokoh muda berasal dari suku Rejang di gelanggang politik, baik di tingkat provinsi Bengkulu maupun di tingkat nasional.
“Regenerasi ketokohan suku Rejang nyaris terputus dalam melahirkan tokoh-tokoh muda pasca generasi Rully, Kukun, Rio Capella dan Mohammad Saleh. Padahal, secara kuantitas suku Rejang merupakan suku asli terbesar di Provinsi Bengkulu yang mendominasi di lima kabupaten yaitu Lebong, Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kepahiang, dan Benteng,” papar Andriadi Achmad, Minggu (8/9/2019).
Andriadi menjelaskan, saat ini ada beberapa nama tokoh muda suku Rejang mulai bermunculan ke pentas politik seperti Kopli Ansori (Ketua DPD PAN Kabupaten Lebong), Arie Septia Adinata (Wakil Bupati Kabupaten Bengkulu Utara), Aprizal Heriansyah (Anggota DPRD Provinsi Bengkulu), dan Riri Damayanti John Latief (Anggota DPD RI).
“Hemat saya tokoh-tokoh muda suku Rejang yang mulai bermunculan ini perlu disupport agar memiliki kepercayaan diri untuk berada di pentas politik baik di kancah Bengkulu maupun tingkat nasional,” papar Alumni Pasca Sarjana Ilmu Politik FISIP UI ini.
Penulis buku Politik Kesukuan Dalam Pilkada ini juga menilai kemunculan tokoh-tokoh muda suku Rejang sangat berpeluang sebagai kuda hitam dalam Pilgub Bengkulu mendatang. Pasalnya sejauh ini, hanya petahana Rohidin Mersyah (suku Serawai) sosok terkuat dan paling siap menghadapi pilgub september 2020.
“Berhitung secara kalkulasi politik, tokoh-tokoh muda suku Rejang sangat potensial dan berpeluang menjadi penantang atau berpasangan dengan Rohidin Mersyah dalam pilgub nanti.” Ujar Dosen FISIP UPN Veteran Jakarta ini saat diwawancara.
Direktur Eksekutif PolCom SRC (Political Communication Studies and Research Centre) ini berpendapat bahwa sejak 2005, dimana pelaksanaan pilkada langsung perdana di provinsi Bengkulu, terjadi persaingan atau pertarungan sengit antara kandidat berasal dari suku Rejang dan suku Serawai seperti pada pilkada tahun 2005 yaitu antara Agusrin M. Najamudin versus Patrice Rio Capella, Agusrin M. Najamuddin versus Imron Rosyadi (2010), dan Sultan B. Najamudin head to head Ridwan Mukti (2015).
“Konstelasi politik di Provinsi Bengkulu sejak pilkada langsung perdana tahun 2005, terlihat pertarungan sengit antara kandidat suku Rejang dan suku Serawai. Bahkan gubernur Bengkulu secara bergantian antara kedua suku asli terbesar di provinsi Bengkulu tersebut, sebut saja Agusrin M. Najamudin 2005-2011 (suku Serawai), Junaidi Hamsyah 2011-2015 (suku Rejang), Ridwan Mukti 2016-2017 (suku Rejang), dan Rohidin Mersyah 2017-2021 (suku Serawai),” jelas mantan Aktifis Mahasiswa Indonesia Pasca Reformasi Era 2000-an ini. (Rls)


Editor: Jean Freire