BENGKULU, sahabatrakyat.com– Beberapa bulan terakhir ini Kota Bengkulu diguyur hujan yang lebat, sehingga beberapa waktu yang lalu daerah yang rendah terendam banjir.

Secara geografis, kota Bengkulu termasuk daerah yang potensi curah hujan tinggi. Dengan curah hujan yang tinggi, tempat publik yang jaringan pembuangan air tidak ada atau tidak bagus cenderung akan terjadi tempat-tempat rendah tergenang. Apalagi tempat umum tersebut sudah tertutup plester semen, pavingblock, sehingga aliran air permukaan akan mencari tempat yang rendah untuk menggenang.

Genangan di tempat terbuka dan terlihat mungkin hanya mengakibatkan kurang estetika, dan orang menghindari berjalan di tempat genangan tersebut. Genangan air yang di tempat yang tidak terlihat berpotensi sebagai sarang nyamuk.

Musim hujan merupakan siklus hidrologi alam. Air hujan akan menuju ke tempat yang rendah  melalui aliran permukaan (run off), dan  akhirnya meresap ke dalam tanah. Zero runoff identik dengan suatu upaya untuk meminimalisir limpasan akibat hujan di permukaan lahan. Namun demikian proses peresapan ke dalam tanah di daerah pemukiman semakin lama semakin berkurang, karena hampir semua lahan di sekitar rumah tertutup dengan semen.

Oleh karena itu pemasangan biopori di sekitar lahan pemukiman sangat perlu untuk menghindari genangan air dan upaya konservasi air tanah. Upaya ini digunakan sebagai bentuk mempercepat waktu kuras limpasan di dalam kawasan permukiman yang saluran drainasenya kurang berfungsi maksimal.

Solusi untuk zero runoff di permukiman adalah menggunakan media lubang resapan biopori. Genangan yang terlalu lama menimbulkan tumbuhnya lumut dan licin, dan keberadaan genangan air dan berlumut dapat menyebabkan orang yang sedang berjalan terpeleset.

Oleh karena itu perlu ada kegiatan untuk mengatasi genangan air di daerah pemukiman, meningkatkan keindahan sebidang tanah, dan meningkatkan kesadaran akan konservasi air semaksimal mungkin air hujan masuk ke dalam tanah lagi.

Melihat kondisi tersebut di atas, LPPM Universitas Bengkulu melalui dosen-dosen FMIPA melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat  mensosialisasikan pemasangan pralon resapan air hujan biopori di pasar kaget Pematang Gubernur dan SMPN 17 beberapa waktu yang lalu.

Pasar Pematang Gubernur merupakan lahan privat yang difungsikan sebagai pasar. Infra struktur pasar sangat minim, lapak pedagang seadanya, gang antar lapak yang tidak rata, dan bila hujan sebagai jalan air semakin tambah licin.

Pemasangan pralon resapan air hujan di pasar melibatkan para pedagang pasar untuk bergotong-royong memasang pralon sebanyak 40 titik. Tidak hanya para pedagang yang bergotong rorong, pak lurah Desa Pematang Gubernur, bapak M. Taher, SH mendukung kegiatan ini dan terjun langsung ikut membor tanah.

Pemasangan pralon juga dilakukan di SMPN 17 kota Bengkulu yang letaknya tidak jauh dari Pasar Pematang Gubernur.

Sebelum pemasangan pralon resapan air hujan, Tim pengabdi dari FMIPA yang terdiri dari Hery Haryanto, Syarifuddin, Heriansyah, Steffanie Nuriana dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Bengkulu memberikan penyuluhan tentang konservasi air. Penyuluhan menekankan pada pemahaman siklus hidrologi di alam, dan konservasi air yang sangat penting untuk keberlanjutan lingkungan hidup yang sehat dan bersih.

Tanggapan para pedagang pasar dan  para pembeli di pasar sangat senang dan puas dengan berkurangnya genangan air di area pasar, dan berkurangnya tempat yang licin.

Semoga saja dengan semakin bersihnya pasar, sikap dan tindak tanduk yang baik dari para pedagang pasar, semakin meningkatkan  kesejahteraan mereka.

Seperti semboyan bahasa Jawa “pasare resik, atine becik, rejeki apik” yang artinya pasarnya bersih, hatinya baik, rejeki bertambah. Insya Allah. (Rls)