Radit Pratama (duduk dipangku sang ibu) setelah melewati gejala gizi buruk, ia sekarang berjuang dengan penyakit matanya/foto firman-sahabatrakyat.com

BENGKULU UTARA, sahabatrakyat.com– Rumah papan berukuran 4×6 tanpa penerangan listrik itu memang diam. Tapi dialah saksi bisu perjuangan sehari-hari keluarga ini melawan kemiskinan. Tak cuma untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, pasangan suami istri, Salehan (26 tahun)-Rica Lestari (24 tahun), warga Desa Sengkuang, Kecamatan Tanjung Agung Palik, Kabupaten Bengkulu Utara, itu kini juga ditambah beban baru.

Putra sulung mereka Radit Pratama (4 tahun) kini didera ancaman kebutaan. Kondisi itu tak lepas dari buruknya asupan gizi yang bisa diberikan kedua orang tuanya. Sebelum didera ancaman kebutaan, Radit sempat mengalami gizi buruk. Dengan kondisi serba kekurangan, anak kedua mereka, Marsel Aprianto (2 tahun) bisa saja mengalami nasib serupa dengan Radit.

Kondisi gizi buruk dialami Radit pada 2014. Masa buruk itu berhasil dia lalui. Dia berangsur membaik dan bebas status gizi buruk. Namun, masalah kesehatan mata justru menderanya. Kini dia sudah tak bisa melihat dengan jelas. Jika tak ada penanganan medis, Radit kemungkinan bisa buta. Apalagi kondisi lingkungan rumah yang jauh dari nyaman dan layak bagi anak yang tengah sakit untuk tinggal dalam waktu yang lama. Itu artinya ancaman bagi masa depannya.

Salehan beserta istri harus berjuang keras untuk kesembuhan anak sulungnya/foto firman-sahabatrakyat.com

Salehan saat dijumpai sahabatrakyat.com di kediamannya, belum lama ini, (15/02/2017), menuturkan, setelah terlepas dari penyakit gejala gizi buruk, Radit mengalami gangguan pada mata sebelah kanan. “Saya orang miskin tidak mampu membawa anak saya berobat. Untuk kebutuhan sehari-hari saja saya sekeluarga sudah pontang panting,” lirih Salehan.

Salehan bukan tanpa upaya. Namun bekerja sebagai buruh harian dia hanya mampu mengumpulkan uang Rp 150 ribu per minggu. “Hanya cukup buat makan saja. Saya berharap anak saya bisa diobati, saya sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah dan para dermawan yang berbelas kasih sudi membantu untuk kesembuhan anak kami,” kata Salehan.

Bagaimana dengan BPJS? Salehan punya BPJS mandiri. Itu bantuan pemerintah Desa Sengkuang. “Termasuk dinding rumah yang kami huni ini bantuan dari Pemerintah Desa Sengkuang,” tambah dia.

Kepala Desa Sengkuang Halimunasir saat dikonfirmasi sahabatrakyat.com di kediamannya mengaku sangat prihatin terhadap kondisi warganya itu. Sebagai kepala desa dia mengaku akan mengusulkan permohonan bantuan kepada dinas terkait agar Salehan bisa mengobati Radit, termasuk membuat rumah itu menjadi layak huni.

“Kami dari pemerintah desa akan berusaha membantu Salehan sekeluarga. Kami juga akan berupaya mencarikan bantuan dana dari para dermawan yang terpanggil hatinya untuk mengulurkan tangan memberikan bantuan seikhlasnya,” kata dia.

Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Bengkulu Utara Juhaili, SE saat dijumpai sahabatrakyat.com di ruangan kerjanya mengatakan dirinya akan melakukan kunjungan ke Desa Sengkuang. Namun soal waktu, dia belum bisa memastikan.

“Nanti kita saling memberi informasi, kita atur kapan waktu kita kunjungan ke sana,” tutur Juhaili.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Bengkulu Utara Juhirjo yang dikonfirmasi di ruang kerjanya mengatakan dalam waktu dekat akan turun melihat keadaan Radit. “Untuk penanganan matanya kita akan coba koordinasikan terlebih dahulu kepada pihak yayasan,” kata Juhirjo. (MS Firman)