Desa Kota Baru Santan/foto vikter-sahabatarkyat.com
Desa Kota Baru Santan/foto vikter-sahabatarkyat.com

LEBONG, sahabatrakyat.com– Sebagai wilayah yang disebut sebagai asal-mula suku Rejang, Kabupaten Lebong sejatinya kaya cerita sejarah, budaya dan wisata. Keberadaan desa-desa di Lebong juga menarik ditelusuri karena bisa memberi gambaran sepenggal perjalanan bangsa ini di masa penjajahan sampai ke era kemerdekaan.

Baru-baru ini sahabatrakyat.com berkesempatan mengunjungi Desa Kota Baru Santan, Kecamatan Pelabai. Desa yang terletak sekitar 8 km dari Muara Aman atau sekitar 3 km dari pusat pemerintahan itu bisa dibilang sebagai salah satu desa tua di Kabupaten Lebong.

Arlan
Arlan

Arlan (39 tahun), warga desa setempat yang juga cicit Sundang, kepala desa pertama Kota Baru Santan, menuturkan, Desa Kota Baru Santan merupakan wilayah salah satu dari empat marga dalam Suku Rejang, yaitu Marga Suku Sembilan.

Pada tahun 1949, kata Arlan, wilayah Suku Sembilan berjumlah 41 desa. Masing-masing desa dipimpin oleh patai (kades). Sebelum dinamakan Kota Baru Santan, wilayah ini semula disebut dengan Kutai Blau Aten.

Kata Aten sendiri diberikan oleh Tuan Rajo Buna Kandung, seorang pengembara dari Padang, Sumatera Barat, yang tengah mencari desa untuk ditempati, membandingkan bobot air yang ada di wilayah Marga Suku Sembilan. Dibanding air di desa lainnya, bobot air di desa ini lebih berat atau dalam bahasa Rejang disebut dengan aten.

“Sebelum jadi Desa Kota Baru Santan, desa ini terbagi menjadi Pelabai ai atau Pelabai Atas dan Pelabai lot atau Pelabai Bawah. Saat itu dimasa Pasirah Zainul Abidin masih diakui marga suku (sukau). Ini masih dalam wilayah Kabupaten Rejang Lebong,” tutur Arlan.

Setelah marga suku dibubarkan/ditiadakan dan diganti dengan desa pada 1976, maka nama Desa Kutai Blau Aten yang diambil dari Bahasa Rejang diubah ke Bahasa Indonesia menjadi Kota Baru Santan. “Hingga kini desa ini sudah dipimpin belasan kepala desa,” kata Arlan.

Berikut catatan kepemimpinan di Desa Kota Baru Santan:
1. Kepala desa pertama bernama Sundang. Sundang ditunjuk oleh demang Belanda dan memimpin selama 25 tahun.
2. Kepala desa setelah Sundang bernama Samer
3. Kepala desa ketiga bernama Sainul Abidin (1951-1960)
4. Kepala desa keempat bernama Johan Sapri (1960-1968)
5. Pada tahun 1968-1976, desa dipimpin Baktiar
6. Pada tahun 1977-1984 desa dipimpin Buyana
7. Pada tahun 1984 dipimpin oleh Haris. Lalu Hanapiah selama tiga tahun sebagai penjabat sementara
8. Pada tahun 1999 dipimpin M Yuzir Hosen berdasarkan hasil Pilkades dan menjabat selama 9 tahun
9. Pada 2009-2015, desa ini dipimpin Hamidir
10.Sembari menunggu Pilkades serentak tahun 2016, desa dipimpin Sri Muryati sebagai pjs
11. Pilkades 2016 memilih Welistari sebagai kades periode 2016-2021. Welistari adalah kades perempuan pertama

 

Penulis: Vikter Sanjaya

Editor: Jees