Dhendi Novianto Saputra
Dhendi Novianto Saputra

REJANG LEBONG,sahabatrakyat.com- Pada Sabtu tanggal 7 Januari 2017Kabupaten Lebong genap berusia 13 tahun. Usianya sama dengan Kabupaten Kepahiang karena sama-sama dimekarkan dari kabupaten induk Rejang Lebong pada tahun 2003 lalu. Kedua kabupaten baru itu ditetapkan melalui UU Nomor 39 Tahun 2003. Saat dimekarkan, Rejang Lebong dipimpin Bupati Ahmad Hijazi. Tentu tahun ini menjadi sejarah tersendiri sebab Hijazi kini juga menjabat bupati Rejang Lebong usai memenangkan pemilihan kepala daerah pada 2015 lalu.

Sebagaimana lazimnya daerah otonom baru, sejumlah kelengkapan daerah dan pemerintahan secara bertahap dipenuhi. Di antara kelengkapan itu adalah lambang kabupaten. Seperti diketahui, lambang Kabupaten Lebong berbentuk segi lima dengan warna dasar hijau. Di dalam persegi lima itu terdapat lukisan padi dan kopi, cerano, gunung, bintang keemasan, tulisan Kabupaten Lebong dan motto Swarang Patang Stumang. 

Sebelum ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2005 tentang Lambang Daerah Kabupaten Lebong, lambang dan motto Kabupaten Lebong yang ada kini dihasilkan dari proses sayembara yang digelar Pemkab Lebong. Sayembara itu diikuti oleh banyak peserta. Jumlahnya mencapai ribuan dan berasal dari berbagai daerah. Meski ribuan peserta dan berasal dari berbagai daerah karena sayembara itu terbuka bagi siapa saja, sosok yang berhasil memenangkan sayembara itu ternyata masih putra daerah Lebong.

Nama lengkapnya Dhendi Novianto Saputra. Meski lahir di Curup, pada tanggal 29 November 1986, dia adalah orang Lebong asal Desa Tapus, Kecamatan Topos. Saat mengikuti sayembara lambang daerah itu, Dhendi masih berstatus siswa kelas 3 di SMA Negeri 1 Curup, Rejang Lebong.  

Lambang Kabupaten Lebong
Lambang Kabupaten Lebong

Saat ditemui oleh Vikter Sanjaya, wartawan sahabatrakyat.com di Rejang Lebong, Sabtu (7/01/2017), alumunus Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta itu mengisahkan kembali catatan prestasi sekaligus sejarah lahirnya rupa lambang dan motto yang kini melekat sebagai salah satu identitas Kabupaten Lebong.

“Waktu itu saya masih duduk di bangku SMA kelas 3. Saat itu bertepatan dengan libur semester. Orang tua saya yang kala itu memberikan informasi dan menawarkan agar saya mengikuti sayembara pembuatan logo dan motto Kabupaten Lebong. Pesertanya ribuan dari berbagai daerah,” kenang Dhendi.

Proses penciptaan idenya, lanjut Dhendi, dimulai dengan aktivitas membaca buku-buku tentang Lebong di masa lalu. Hal itu dia lakukan untuk mengetahui asal usul atau sejarah Lebong dengan masyarakat suku Rejang sebagai penduduk aslinya. 

“Dengan hanya bermodalkan kertas, pensil, spidol dan mistar mulai lah saya merancang logo dan motto tersebut dan terciptalah logo seperti logo kabupaten yang sekarang,” ujar dia. 

Menurut Dhendi, sebelum tampak seperti yang ada kini, awalnya gambar di tengah persegi lima itu adalah pinang belapis dan sirih dikelilingi rantai emas. “Karena gambar tengah pada logo yang saya buat terlalu rumit oleh Pak Kadirman direvisi  dan logo tengah tersebut diganti dengan wadah emas yang isinya berupa pinang dan sirih,” jelas Dhendi.

Dhendi yang juga kepala Subbagian Program dan Data KPU Lebong, itu menguraikan, gambar kopi dan padi adalah simbol masyarakat di Kabupaten Lebong yang mayoritas petani kopi dan padi; gambar pinang dan sirih itu melambangkan adat Kabupaten Lebong; sementara rantai emas itu maknanya persatuan dan kekayaan emas Lebong yang melimpah. 

Motto yang sekarang yaitu SWARANG PATANG STUMANG, kata Dhendi, berasal dari bahasa Rejang lama yang artinya pantang saling meninggalkan. “Motto SWARANG PATANG STUMANG berasal dari kebiasaan masyarakat Tapus pada saat itu, yaitu sering pergi ke hutan mencari rotan bersama-sama menggunakan kerbau, karena pada saat itu harimau masih banyak di hutan di daerah Tapus. Apabila ada salah satu anggoota yang alat tariknya rusak maka seluruh anggota akan bersama-sama membantu dan tidak saling meninggalkan atau dalam bahasa Rejangnya patang stumang.

Setelah menyelesaikan gambarnya, Dhendi mengirimkan materi lomba itu ke panitia lewat jasa Kantor Pos Rimbo Pengadang. Setelah diseleksi, karyanya menjadi salah satu dari lima karya yang berhasil masuk nominasi. “Seleksinya juga lewat rapat pleno DPRD Kabupaten Lebong. Saya masuk dalam lima kandidat yang terpilih,” kenangnya.

Keputusan pemenang tidak dilakukan saat itu juga. Keputusan itu disampaikan melalui surat yang diantarkan langsung ke rumah orang tuanya di Topos. Dhendi lalu diundang ke Muara Aman untuk menghadiri acara yang digelar oleh Bupati Lebong. “Saat itu saya dipanggil tampil untuk menerima hadiah berupa uang tunai 750 ribu rupiah,” cerita Dhendi. 

Kini setelah 13 tahun menjadi daeah otonom, Dhendi mengakui Lebong sudah banyak berubah ke arah yang lebih baik. “Waktu bikin logo dan motto itu saya tidak pernah mengharapkan perhatian dari pemerintah Kabupaten Lebong.  Dalam diri saya ada kebanggaan tersendiri bahwa motto swarang patang stumang yang dipakai sekarang itu adalah karya saya yang saya buat untuk kabupaten saya. Dan saya yakin sejarah tidak akan pernah berubah, saya juga yakin selama kita bersatu dan tidak saling meninggalkan maka kita akan tetap utuh. Selamat HUT Lebong! Semoga Lebong Bersatu, Lebong Maju,” demikian  Dhendi. (cw7)

 

Editor: Jees