AKKI: Plt Gub dan rombongan mengenakan pakaian adat saat pembukaan Pertemuan Sambung Rasa Nasional/ist

REJANG LEBONG- Pertemuan Sambung Rasa Nasional yang digagas Asosiasi Kerajaan dan Keraton se-Indonesia (AKKI) di Kabupaten Rejang Lebong dibuka oleh Pelaksana tugas Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, Sabtu (31/3/2018).
Kegiatan kali ini mengusung tema diskusi ‘Kemuliaan Desa dan Makrifat Adat Nusantara’ dihelat di Gedung Badan Diklat Rejang Lebong yang tak jauh dari obyek wisata Danau Harun Bastari.
Dalam sambutannya, Rohidin berharap pertemuan itu dapat menghasilkan gagasan riil yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan terbitnya ide inovasi pembangunan desa yang mampu mewujudkan pemerataan pembangunan.
Menurut dia, masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan dan pemerintahannya mempunyai kewenangan melakukan inovasi pembangunan.
“Jika persoaalan di desa-desa bisa terselesaikan, hampir bisa dikatakan selesai juga pesoalan di daerah. Maka semangat Nawacita membangun Indonesia dari pinggiran ini hendaknya mampu mengubah perspektif pembangunan, kemudian diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional,” papar Rohidin.
Inovasi pembangunannya pun, kata Rohidin, perlu disesuaikan dengan karateristik budaya dan adat masyarakat lokal. Tujuannya, pemanfaatan potensi dan proses pembangunan tak bertentangan dengan kearifan lokal ataupun menghilangkan budaya dan adat yang telah ada.
Budaya dan adat juga merupakan potensi suatu daerah atau pun desa, yang perlu dijaga kelestariannya.
Plt Gubernur disambut sekapur sirih/ist

Sebelumnya, Bupati Rejang Lebong Ahmad Hijazi mengungkapkan, pelaksanaan kegiatan Sambung Rasa Nasional di Rejang Lebong juga menjadi sarana pengenalan adat budaya Bumi Pat Petulai.
Rembug Nasional saat itu juga dijadikan semangat mewujudkan Indonesia sebagai pusat kemakmuran dunia.
“Indonesia pernah menjadi pusat perhatian dunia karena kemakmurannya, semoga ini juga bisa mengembalikan kejayaan Indonesia menjadi semakin maju lagi dan dimulai dari Rejang Lebong. Tentu saja gagasan dan pembangunan kita bersama dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,” sebut Hijazi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua AKKI Lulu Gedhe Parma mengatakan, pembangunan desa telah dirumuskan pada jaman Majapahit. Saat itu dikenal dengan nama deca, dan ada literatur Deca Wardana. Saat masa kerajaan desa juga menjadi sasaran pemerataan pembangunan.
“Kumpulan dari desa-desa menjadi daerah, kemudian daerah-daerah terkumpul menyatu menjadi negara. Kalau desa tidak makmur, berartikan negaranya tidak makmur. Harapannya pertemuan ini bisa menjadi rekomendasi usulan rumusan pemerintah, serta ada skenario masa depan,” ucapnya.
Pertemuan sejumlah tokoh adat dari berbagai daerah se-Indonesia di Rejang Lebong terbungkus nuansa adat. Seluruh peserta mengenakan pakaian adat, dan saat itu pakaian adat Bengkulu mendominasi.
Tarian Kejei yang telah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya tak benda juga ditampilkan saat seremoni pembukaan. Penyambutan khas Rejang, pencak silat dan sekapur sirih, tampak sakral.
Saat itu turut hadir pejabat dan petinggi daerah se-Provinsi Bengkulu, termasuk Forum Koordinasi Pimpinan Daerah. Antara lain, Bupati Kepahiang Hidayat Sjahid, Wakil Bupati Seluma Suparto, Wakil Bupati Bengkulu Tengah Septi Feriadi, juga tokoh-tokoh pemangku adat se-Provinsi Bengkulu.


Laporan: Jamal, Media Center Pemprov Bengkulu
Editor: Jean Freire