KOTA BENGKULU, sahabatrakyat.com– Mahasiswa Pencinta Alam bersama Badan Eksekutif Mahasiswa se-Provinsi Bengkulu, Kamis (30/3/2017), menggelar aksi unjuk rasa guna menyerukan kepedulian terhadap Karst dan terumbu karang.
Aksi yang diikuti sejumlah aktivis lingkungan itu berlangsung di Simpang Lima, Kota Bengkulu. Aksi itu merupakan salah satu upaya mereka mengingatkan masyarakat dan pemerintah di Bengkulu tentang kondisi alam saat ini.
Kawasan Karst merupakan bentang alam khas yang berkembang dari batuan karbonat atau batuan lain yang muda larut dan telah mengalami proses larutan selama ratusan ribu hingga jutaan tahun yang lalu.
Karst juga merupakan tempat seluruh komponen alam seperti, air, gas, emas flora dan fauna dan masih banyak lainya.
Provinsi Bengkulu memiliki sumberdaya alam yang melimpah baik hayati maupun non-hayati. Namun, dalam pandangan mahasiswa, kawasan Karst mulai rusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Koordinator lapangan aksi damai Roy Mondomiko menilai saat ini kepedulian terhadap pelestarian kawasan karst dan terumbu karang di Bengkulu masih rendah.
“Saya rasa karst dan terumbu karang belum cukup dikenal oleh masyarakat, sementara pelestariannya sendiri penting untuk menjaga kelestarian alam,” kata dia.
Masalah karst di Bengkulu lebih banyak terjadi seperti tergerusnya kawasan tersebut oleh alih fungsi lahan maupun akibat pertambangan batu kapur masyarakat.
“Ada penggalian kecil-kecil, ini harus kita sadarkan agar tidak merusak alam lebih parah lagi, lokasinya di Kabupaten Bengkulu Selatan,” ucapnya
Untuk terumbu karang, lanjut Roy, di Bengkulu ada empat tindakan ulah tangan manusia yang dapat merusak habitat hewan laut yang sebenarnya harus dipertahankan.
Pertama, penggunaan bahan peledak dalam menangkap ikan, yang berdampak buruk tidak hanya bagi terumbu karang tetapi juga populasi ikan.
Kedua, penggunaan pukat harimau, peralatan tangkap model ini sangat tidak ramah karena menyebabkan terumbu karang terlepas dari akarnya.
Bongkar muat kapal pengangkut batu bara juga menjadi salah satu penyebab kerusakan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang. Yang terakhir yakni ketidakpahaman wisatawan terhadap peran terumbu karang, sehingga mereka dengan mudahnya ikut menjadi perusak.
Kata Roy, perlu edukasi kepada semua pihak karena wilayah Bengkulu sangat potensial dengan garis pantai kurang lebih 433 kilometer dan terumbu karang yang diperkirakan mencapai 8.076 hektare.
Enam pernyataan sikap kepada masyarakat dan pemerintah Provinsi Bengkulu:
1. Bahwa kami sebagi mahasiswa yang sangat peduli dengan kelestarian alam merasa masih sangat lemah dalam memahami tentang speleologi dan karstologi serta ilmu yang terkait lainya, karena selama menempuh pendidikan kami tidak pernah diberikan secara utuh tentang pemahaman sumber daya alam terutama karst;
2. Masih kurangya program kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi, pemetaan dan penelitian serta pemanfaatan kawasan Karst yang memiliki konsep jangka panjangyang jelas, terarah dan dibuat oleh suatu tim terpadu, multi dan interdisiplin serta lintas sektoral;
3. Masih berlangsungnya aktifitas pengerusakan kawasan karst yang dilakukan oknum penguasa yang dilakukan secara ilegal;
4. Belum dimanfaatkanya secara optimal potensi kawasan Karst yang semestinya dapat menopang kesejahtraan masyarakat di sekitar kawasan;
5. Bahwa masyarakat yang berada di sekitar kawasan karst memahami potensi-potensi yang terkandung dalam kawasan karst namun banyak keterbatasan dalam pengembangannya baik secara pengetahuan, permodalan, akses, dukungan dan bahkan regulasi atau aturan tentang sejauh mana masyrakat dapat memanfaatkan kawasan guna peningkatan kesejahtraan;
6. Diubahnya keputusan Menteri ESDM Nomor 1456 K/20MEM/2000 tentang pengelolaan kawasan karst berdasrkan klasifikasi kawasan menjadi peraturan menteri ESDM Nomor: 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst adalah langkah mundur dan diduga menjadi akar dari permasalah antara pengusaha industri semen dengan masyarakat yang mendiami kawasan Karst tersebut.
========
Penulis: Halasan Simaremare
Editor: Jean Freire