Oleh : DMS. Harby*
Literasi tradisi dan sejarah peradaban anak negeri sendiri adalah sebuah keperluan masa kini. Terutama dalam menghadapi era ledakan informasi (disrupsi) dimana alih teknologi dapat berdampak negatif bagi jati diri bangsa. Terlebih pada generasi muda sebagai penerus masa depan bangsa.
Pimpinan Cabang Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PC Tarbiyah-PERTI) Kabupaten Rejang Lebong secara bertahap telah membangun fokusnya. Melalui Majelis Pakar dan Yayasan Tarbiyah Rejang Lebong telah memilih revitalisasi peradaban Rejang sebagai salah satu “scope” gerakan kebudayaannya.
Lewat literasi sejarah Rejang yang bermula dari diskusi refleksi satu abad Tarbiyah-PERTI menginspirasi moderasi adat dan syarak di Nusantara. Bekerja sama dengan Kaji Surau dan tarbiyahislamiyah.id.
Sebagai bagian dari gerakan itu, penulis terpanggil untuk ikut berpartisipasi meskipun dengan sekecil-kecilnya upaya. Seperti dengan studi sejarah Rejang dalam perspektif para tokoh Rejang sendiri. Sebab, di tengah budaya serba instan sebagai gejala awal era ledakan informasi, jangankan kemampuan membaca buku atau literatur, kemauan membaca sesuatu dengan cermat saja sangatlah terbatas.
Rejang sesungguhnya mempunyai literatur akademik yang cukup memadai. Bahkan boleh dikatakan justru menjadi “buku babon” terutama di bidang kajian hukum adat. Sebut saja buku “Hukum Adat Rejang” dengan Hazairin sebagai penulisnya. Namun, sebelum melangkah kepada studi literatur Rejang dan konsep pemikiran penylisnya, ada baiknya kita mulai dari teks sejarah Rejang dari para tokoh di media paling terakses; Facebook.
Pada 27 September 2016, Buya Endar mulai menulis serial tentang Rejang di akun Facebook miliknya. Dengan judul “R-E-J-A-N-G : 1”, Beliau memulai tulisannya dengan menerangkan bahwa dirinya bukan sekedar melakukan konsumsi sejarah. Beliau juga melakukan analisa sejarah.
Dalam konteks literasi sejarah lokal, seperti penulisan sejarah Rejang ini, kontribusi tokoh menjadi perlu. Apalagi jika tokoh tersebut yang menulisnya langsung. Selain sebagai bentuk tanggung jawab sosial, praksis ini juga merupakan investasi masa depan bangsa. Sebab, tidak mungkin generasi penerus dapat cakap akan sejarah bangsanya jika para pendahulu tidak menyiapkan mereka. Tentu saja melalui literasi tradisi dan sejarah seperti ini.
HM. Syakirin Endar Ali atau Buya Endar seperti nama akun Facebooknya adalah salah seorang tokoh masyarakat di Provinsi Bengkulu. Selain alumni Sekolah PERTI di Curup, Beliau juga alumni Pesantren Sribandung, Gontor dan Jombang. Sempat pulang mengabdi di Curup baik di Sekolah PERTI maupun di Teater Kita. Ya, kegiatan keagamaan dan kesenian inilah yang menjadi mimbar dan panggung pengabdiannya di Provinsi Bengkulu.
Baik dalam komunitas Melayu Bengkulu dan sejenisnya, maupun di dalam jaringan kerja Taman Budaya Bengkulu. Buya Endar mengembangkan jaringan kerja pengabdiannya termasuk politik. Selain itu, Beliau juga menyusun buku bernuansa keagamaan dan aktif menulis puisi.
Ketokohannya ini pula yang memungkinkan baginya terpanggil untuk menuliskan sejarah leluhurnya; suku Rejang. Sesuatu yang kebetulan secara serius pernah ditelitinya. Terutama ketika aktif di Teater Kita Curup selama 1986-1988. Buya Endar sebelumnya juga mempunyai kumpulan informasi yang bersumber dari para orang tua Tanah Rejang. Selain dari buku-buku yang pernah ia baca.
Wajar, jika Buya Endar tidak sekedar mengkonsumsi sejarah Rejang. Beliau juga menganalisanya dan bahkan membantah narasi umumnya. Analisanya itulah muncul sebagai catatan di akun Facebooknya. Catatan berseri berjudul Rejang sebanyak 10 bagian.
Sebagaimana terungkap di bagian 1 serial tulisannya, pokok dari analisa Buya Endar tentang sejarah Rejang itu setidaknya ada dua. Pertama, Buya Endar membantah narasi sejarah yang menyatakan bahwa suku Rejang berasal dari Majapahit. Poin kedua, Buya Endar membenarkah bahwa Gajah Mada, sang Maha Patih Majapahit itu, adalah putera Rejang.
*Penulis alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah Curup, Pesantren Arrahmah Curup dan Pesantren Nurul Huda Sukaraja OKU Timur. Ketua PC Tarbiyah-PERTI Rejang Lebong dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Tarbiyah Rejang Lebong.