Yono menunjukkan buah semangka hasil panen dari lahan yang semula ditumbuhi semak belukar/sahabatrakyat.com
Yono menunjukkan buah semangka hasil panen dari lahan yang semula ditumbuhi semak belukar/sahabatrakyat.com

LEBONG, sahabatrakyat.com– Cuaca mendung sore itu. Bahkan rintik hujan sudah menyapa. Namun puluhan orang masih tampak silih berganti keluar masuk areal kebun. Berlokasi di pinggir jalan raya tak jauh dari perkantoran jalur dua, Desa Taba Baru II, Kecamatan Pelabai, puluhan warga itu memetik sendiri buah semangka (Citrullus vulgaris Schard). Ini termasuk pemandangan langka. Pasalnya, kebun semangka seluas setengah hektar itu baru pertama kali ini dicoba pemiliknya.

“Awalnya mau coba-coba saja. Kami melihat tanahnya datar dan ada potensi air yang cukup terus langsung digarap,” kisah Yono (25 tahun) asal Lampung, penjaga kebun. Yono mengatakan, panen semangka sendiri baru dimulai sepekan terakhir tapi buah semangka sudah tinggal sedikit lantaran ramai pembeli.

Yono menuturkan, lahan yang digarap menjadi kebun semangka itu awalnya hanya ditumbuhi semak belukar. Sebelum ditanami bibit, lahan dibersihkan pakai mesin pemotong rumput dan alat pertanian lainnya seperti parang, cangkul. Agar tanah menjadi gembur dan bisa ditata menjadi bedengan, lahan dibajak pakai handtraktor. “Hampir sebulan prosesnya,” kenang Yono.

Untuk lahan seluas setengah hektar itu jumlah bibit yang ditanam sekitar 2000 batang. Jenis semangka yang ditanam adalah hibrida, di antaranya new dragon dan grand baby. Usia panen kurang dari tiga bulan. “Kalau hitungan saya, 60 hari lebih,” kata Yono.

Menurut Yono, dalam sehari hasil panen bisa mencapai 400-600 kg. Hingga Selasa (20/9/2016), hasil panen semangka sudah mencapai 12 ton. Kepada pembeli yang datang langsung, harga per kilo dibanderol Rp 6000. Itu artinya pemilik kebun bisa meraup 2-3 juta sehari.

Dari niat coba-coba itu, lanjut Yono, ia yakin semangka bisa dikembangkan. Apalagi masih banyak lahan yang dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. “Lahan kita ini dulu seperti lahan-lahan di sekitar sini. Banyak ditumbuhi ilalang. Tapi kalau digarap dengan baik, bisa menghasilkan,” kata Yono.

Peran Medsos
Selain di jual ke Kota Bengkulu, lanjut Yono, warga Lebong dari berbagai tempat juga ramai membeli langsung ke kebun. Pembeli secara tak sengaja ikut memasarkan hasil kebun itu melalui media sosial. Sebab, banyak pembeli yang datang selalu menyempatkan diri mengabadikan momen memetik buah semangka lalu mengunggahnya di facebook, twetter dan BBM.

“Iya, banyak yang selfie-selfie. Makanya ramai karena cepat sekali informasinya menyebar. Kami juga membiarkan pembeli memetik sendiri. Jadi seperti agrowisata. Saya sendiri banyak mengoleksi foto-foto berkebun semangka ini, mulai buka lahan sampai memetik hasil seperti saat ini,” kata Yono. (cw3)

 

Editor: Jees