Tradisi Takir Klontong di Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arma Jaya, BU digelar menyambut Tahun Baru Islam/firman sahabatrakyat.com
Tradisi Takir Klontong di Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arma Jaya, BU digelar menyambut Tahun Baru Islam/firman sahabatrakyat.com

BENGKULU UTARA, sahabatrakyat.com- Di Kabupaten Bengkulu Utara, khususnya di Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arma Jaya, ada tradisi unik menyambut tahun baru Islam dan sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Walau belum dikemas secara khusus, belum sekalipun tradisi ini ditinggalkan sejak pertama kali dilaksanakan.

Tradisi yang disebut Takir Klontong itu digelar tiap tahun sejak 1953. Tahun ini, setidaknya 550 takir (tempat makanan dari daun pisang yang disemat dengan lidi pada kedua sisinya) yang disumbang setiap warga untuk selanjutnya disantap bersama seluruh warga desa yang hadir saat prosesi. Sebelum disantap, takir terlebih dulu didoakan tokoh adat desa.

Lalu warga yang sudah duduk berbaris memanjang sekitar 50 meter di pinggir jalan desa segera menyantap takir yang sudah terhidang di hadapan masing-masing. Tak terkecuali warga yang berada di sekitar jalan.

Ketua Adat Desa Tebing Kaning Daud (76 tahun) saat diwawancara sahabatrakyat.com, baru-baru ini, mengatakan, kebudayaan adat Takir Klontong digelar setiap menyambut  1 Muharram. Kebudayaan ini dimulai sejak tahun 1953 sampai sekarang masih tetap dilakukan sebagai warisan dari nenek moyang dahulu.

“Setiap bubung rumah membawa takir sebanyak jumlah anggota kelurganya masing-masing. Kebudayaan ini sebuah amanah dari orang-orang tua terdahulu sebagai adat di setiap menyambut 1 Muharram yang tujuannya sebagai permohonan pengampunan dosa, selamatan desa, dan menebus semua kesalahan di tahun sebelumya,” jelas Daud.

Kepala Desa Tebing Kaning, Hamdani (37) berharap dukungan pemerintah daerah karena ini budaya yang sudah puluhan tahun. “Hendaknya Pemda BU untuk bisa membantu kegiatan ini. Paling tidak kalo nggak banyak, ya sedikit. Seperti hal yang sepele pengeras suara mengingat warisan budaya acara ini cukup sakral bagi masyarakat Tebing Kaning,” kata Hamdani.

Wakil Ketua Adat Tebing Kaning Samidi (58), menghimbau masyarakat Tebing Kaning dan sekitarnya agar tetap menjaga dan melestarikan tradisi ini. “Karena ini sebagai warisan leluhur dari pada nenek moyang kita terdahulu biarpun tergerus zaman modern kami mengharapkan jangan sampai hilang kebudayaan selamatan desa ini,” pesan Samidi.

Penulis    : MS Firman
Editor    : Jees